Dunia Sampah
Sadarkah kita bahwa hampir setiap barang yang kita temui sehari-hari berbahan plastik? Seiring dengan perkembangan jaman yang menuntut efisiensi, penggunaan bahan baku plastik semakin meningkat. Bagaimana tidak, plastik memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan beberapa bahan baku seperti logam dan kayu. Plastik memiliki tekstur yang kuat, fleksibel, ringan, tahan karat (korosi), tidak mudah pecah, mudah dibentuk dan bahkan lebih murah. Dari berbagai keunggulan tersebut maka plastik menjadi salah satu bahan baku yang paling diminati industri, terutama untuk keperluan packaging atau kemasan seperti kantong plastik dan botol plastik.
Namun dibalik keunggulan yang ditawarkan, ternyata sampah plastik menjadi masalah yang cukup serius. Plastik membutuhkan waktu 200 sampai 1000 tahun untuk dapat terurai secara alami. Padahal lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya dan 50% dari kantong plastik tersebut hanya dipakai satu kali lalu dibuang. Akibat tidak sebandingnya waktu proses penguraian sampah plastik dan lamanya penggunaaan sampah inilah yang menyebabkan penimbunan sampah plastik semakin tak terkendali. Menurut data lembaga lingkungan hidup di Amerika (Environment Protection Body) sekitar 500 milyar sampai 1 triliun kantong plastik digunakan di seluruh dunia setiap tahunnya. Di Uni Eropa saja sekitar 100 milyar kantong plastik digunakan dan lebih dari 8 milyar plastik menjadi sampah.
Indonesia sendiri masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai negara penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai 187,2 juta ton setelah Tiongkok 262,9 juta ton. Berdasarkan data KLHK, dari 100 toko yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) menghasilkan 10,95 juta lembar sampah kantong plastik dalam kurun waktu satu tahun saja. Jumlah tersebut setara dengan luasan 65,7 hektar atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola.
Meningkatnya sampah plastik yang semakin tak terkendali ini sangat mengancam keseimbangan ekosistem. Terdapat sekitar 18.000 sampah berbahan plastik di setiap kilometer persegi areal laut. Adanya sistem jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem semakin memperkuat bahwa masalah sampah plastik menjadi sangat serius bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Hal ini disebabkan sampah plastik tersebut berpotensi termakan oleh hewan yang berada di laut dan sekitarnya, seperti ikan. Banyak ikan dan hewan laut lainnya mati karena banyak partikel plastik yang masuk dalam sistem pencernaannya. Bahkan burung pemakan ikan pun juga mendapat dampaknya, banyak ditemukan bangkai burung yang ternyata di dalam tubuhnya terdapat banyak sampah plastik. Hal ini tidak menutup kemungkinan lebih mudah menemukan sampah plastik di laut dibandingkan dengan ikan, jika masalah ini tidak segera ditanggulangi.
Tim KIR Moetoe sendiri pernah mencoba melakukan kegiatan memilah sampah yang terkumpul untuk mengetahui berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Dalam setengah hari saja, ternyata terkumpul kurang lebih 5 kg sampah berbahan plastik dan hampir semua berasal dari kemasan makanan serta minuman. Coba bayangkan berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan dalam satu tahun? Ternyata kita juga banyak menyumbang masalah sampah.
Beberapa langkah coba dilakukan untuk menanggulangi masalah sampah plastik yang semakin menumpuk, seperti dengan membakarnya. Namun ternyata upaya ini bukan cara yang tepat. Pembakaran sampah plastik akan meningkatkan emisi gas polutan (CO2, CO, NOx, SOx dan berbagai partikel pencemar lainnya) yang berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup termasuk manusia.
Nah, sebagai generasi muda tentu kita tidak ingin bumi kita rusak karena kelalaian kita kan? Untuk itu kita perlu sadar lebih dini terhadap lingkungan sekitar kita dengan ikut serta dalam upaya penanggulangan masalah sampah, terutama sampah plastik. Ada tiga cara mudah dan aman untuk mengatasi masalah sampah yang dikenal dengan 3R, yaitu Reduce (kurangi), Reuse (gunakan kembali)dan Recycle (daur ulang). Cara pertama dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan produk yang mengandung bahan baku plastik, terutama barang sekali pakai, menggunakan produk yang dapat diisi ulang (refill), atau mengurangi pemakaian kantong plastik saat berbelanja dengan membawa tas sendiri. Dari barang yang diangggap sampah pada cara pertama tersebut sebenarnya masih dapat digunakan, baik itu untuk fungsi yang sama ataupun berbeda. Misalnya menggunakan kembali kantong tas plastik yang masih bersih untuk membawa barang. Hal ini dapat memperpanjang masa pemakaian sebelum akhirnya ke tempat sampah. Kemudian cara yang terakhir adalah daur ulang, langkah ini dapat dilakukan dengan mengubah barang bekas menjadi barang lain yang lebih berguna dan layak pakai. Misalnya membuat botol bekas menjadi vas bunga, tempat pensil, celengan dan lain sebagainya.
Sumber :
Suryati, Teti. 2009. Bijak & Cerdas Mengolah Sampah : Membuat Kompos dari Sampah Rumah Tangga. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Fillaeli, Annisa. 2012. Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Produk Kerajinan Tangan. Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY.
http://www.hipwee.com/feature/masih-suka-mengonsumsi-plastik-pikir-lagi/
http://www.dw.com/id/masalah-sampah-plastik/g-17164855
http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia/